Rss Feed

Life Is Like A Boat by Rie Fu

Nobody knows who I really am
I never felt this empty before
And if I ever need someone to come along,
Who’s gonna comfort me, and keep me strong?

We are all rowing the boat of fate
The waves keep on coming and we can’t escape
But if we ever get lost on our way
The waves would guide you through another day

tooku de iki o shiteru toomei ni natta mitai

kurayami ni omoe dakedo mekaku shisareteta dake

inori o sasagete atarashii hi o matsu
asayaka ni hikaru umi sono hate made


Nobody knows who I really am
Maybe they just don’t give a damn
But if I ever need someone to come along
I know you would follow me, and keep me strong

hito no kokoro wa utsuriyuku mukedashiteku naru

tsuki wa mada atarashii shuuki de mune o tsureteku

And every time I see your face
The ocean heaves up to my heart
You make me wanna strain at the oars, and soon
I can see the shore

Oh, I can see the shore
When will I see the shore?

I want you to know who I really am
I never thought I’d feel this way towards you
And if you ever need someone to come along,
I will follow you, and keep you strong

tabi wa mada tsuzuiteku odayakana hi mo
tsuki wa mada atarashii shuuki de mune o terashidasu


inori o sasagete atarashii hi o matsu
asayaka ni hikaru umi sono hate made


And every time I see your face
The ocean heaves up to my heart
You make me wanna strain at the oars, and soon
I can see the shore

unmei no hune o ko gi nami wa tsugi kara tsugi e to watashi-tachi o shou kedo [1]
sore mo suteki na tabi ne, dore mo suteki na tabi ne

Baterai Mobil Listrik Lebih Ramah Lingkungan dari yang Diperkirakan

Baterai mobil listrik lebih ramah lingkungan dari perkiraan
Laboratorium teknologi dan sains asal Swiss berhasil menyimpulkan kalau baterai yang dipakai untuk tenaga mobil listrik ternyata lebih ramah lingkungan dari yang diperkirakan.

Mobil yang ditenagai baterai Li-ion dianggap sebagai solusi transportasi ramah lingkungan karena mobil seperti itu dianggap tidak menghasilkan polutan berupa gas seperti yang dihasilkan oleh mobil berbahan bakar minyak. Akan tetapi, beberapa ilmuwan penasaran akan baterainya. Apakah baterainya benar-benar ramah lingkungan?

Untuk mengetahui hal itu, peneliti dari Empa, sebuah laboratorium teknologi dan sains dari Swiss, mencoba memastikan. Mereka menghitung jejak yang ditinggalkan baterai terhadap lingkungan. Jejak itu dilacak mulai dari pembuatan, penggunaan, sampai pembuangan baterai. Mobil listrik yang digunakan untuk pengujian ini adalah mobil yang ukuran dan peformanya mirip dengan VW Golf. Baterai diisi dengan listrik yang serupa dengan listrik dari tempat pengisian baterai di Eropa.

Sebagai perbandingan, Empa menggunakan sebuah mobil berbahan bakar minyak yang sesuai dengan regulasi emisi Euro 5. Mobil itu mengonsumsi bahan bakar sebanyak 5,2 liter untuk 100 kilometer.

Hasil pengujian menyimpulkan kalau mobil dengan baterai Li-ion memang memiliki tingkat polusi yang rendah. Baterai yang digunakan hanya mengambil andil 15 persen dari keseluruhan polusi. Dari 15 persen tersebut, separuhnya berasal dari proses produksi bahan mentah baterai, seperti tembaga dan aluminium. Produksi litium cuma berdampak 2,3 persen. "Baterai Li-ion tidak seburuk yang disangka sebelumnya," kata Dominic Notter yang terlibat dalam studi yang diterbitkan pada jurnal Enviromental Science & Technology.

Dampak negatif terhadap lingkungan--masih berkaitan dengan mobil listrik--lebih banyak dihasilkan oleh pusat pengisian baterai. Listrik di pusat-pusat pengisian baterai masih bersumber dari atom, batu bara, dan pembangkit listrik hidroelektrik. Para ilmuwan menekankan perlunya sumber energi lain yang lebih ramah lingkungan.

Kesimpulan lain yang dapat ditarik dari studi ini adalah sebuah mobil berbahan bakar minyak dapat menyamai kemampuan ramah lingkungan mobil listrik apabila mengonsumsi tiga dan empat liter untuk perjalanan sepanjang 100 kilometer--sekitar 1 liter untuk 20 kilometer.

Sumber: ScienceDaily
Foto: www.ridelust.com

HUTANNYA HILANG!!!

Untuk pertama kalinya, para ilmuwan, dengan menggunakan data satelit NASA, meluncurkan peta yang menggambarkan secara detail ketinggian hutan-hutan di seluruh dunia. Data ini bisa digunakan sebagai petunjuk jumlah karbon yang disimpan (carbon stock) dalam hutan-hutan dunia, dan seberapa cepat siklus karbon di ekosistem kembali ke atmosfer.

Menurut paparan yang disampaikan Michael Lefsky dari Colorado State University dalam jurnal Geophysical Research Letters, peta baru ini memperlihatkan hutan-hutan tertinggi terkonsentrasi di Pasifik Barat Laut di Amerika Utara, dan sebagian Asia Tenggara. Sementara hutan-hutan yang rendah ditemukan di Kanada utara dan Eurasia.

Selain menunjukkan hutan-hutan berdasarkan tinggi pohonnya, ke depannya peta yang merupakan kombinasi dari satelit ICESat, Terra, dan Aqua ini bisa digunakan sebagai alat untuk memperkirakan jumlah karbon yang terikat dalam hutan-hutan di Bumi, dan mencari jawaban ke mana 2 miliar ton karbon “hilang” dari atmosfer setiap tahunnya.

Manusia melepas sekitar 7 miliar ton karbon per tahun, kebanyakan dalam bentuk karbon dioksida. Sebanyak 3 miliar ton dari jumlah itu berakhir di atmosfer, dan 2 miliar ton di lautan. Belum diketahui ke mana sisanya yang 2 miliar ton. Sementara ini diduga karbon yang hilang tersebut tersimpan sebagai biomassa.

“Yang kita butuhkan adalah peta biomassa yang ada di atas tanah, dan peta ini bisa membantu kita,” kata Richard Houghton, pakar ilmu ekosistem terestrial. (Sumber: NASA)

11 Teknologi Yang Akan Punah

saya gak nyangka ketika saya membaca-baca situs www.nationalgeographic.co.id saya menemukan artikel tentang 11 teknologi yang bakal punah. wah kayak mekhluk hidup aja deh. tapi punahnya mereka kenapa ya? apakah juga dampak seleksi alam yang bisa mengeliminasi para pendahulu-pendahulu barang teknologi ini. kemana akhirnya barang-barang itu ya? ke ke tempat sampah? mesin daur ulang? atau lebih parah lagi kalo beberapa tahun kedepan, barang-barang ini udah dimasukin ke museum! wow..

Berikut ini kesebelas teknologi yang didaftarkan Samantha Murphy, penulis senior dari TechNewsDaily.

Gambar: www.privateline.com

  1. Mesin faks. Karena adanya e-mail, ponsel pintar, serta teknologi layar sentuh yang bisa bikin orang membubuhkan tanda tangan digital, mesin faks pun tergusur. Pixmania, toko elektronik terbesar di Eropa, mengaku tidak lagi memiliki stok mesin faks banyak-banyak.
  2. Telepon rumah. Seperempat rumah di Amerika Serikat sudah memutus telepon rumah dan 50 persen orang yang berumur 25-29 sudah memiliki ponsel.
  3. Pager. Ternyata pager masih ada dan orang-orang dalam bidang medislah yang paling banyak memakai. Akan tetapi, permintaan akan barang penerima pesan singkat ini semakin menipis. Tinggal tunggu waktu saja sebelum punah.
  4. Pemutar DVD. Karena harga film berdefinisi tinggi terus turun, keping DVD semakin ditinggalkan. Lagipula, keping film HD, seperti Blu-ray, tidak bisa diputar di pemutar DVD.
  5. Proyektor film. Di Amerika Serikat, sudah 16 ribu layar film digital, lebih dari 5.000 bisa dipakai nonton film 3 dimensi. Proyektor digital bisa menampilkan gambar lebih bersih dan lebih tajam ketimbang proyektor film (atau sebut juga proyektor analog). Lagipula, banyak studio sudah menggunakan format digital untuk memangkas ongkos produksi film dan ongkos kirim gulungan film yang ukurannya besar ke bioskop-bioskop.
  6. Mouse komputer. Dengan jari, orang bisa memperbesar atau memperkecil gambar, orang bisa menyentuh tombol untuk menerbitkan tulisan di blog, dan kebisaan-kebisaan lain.
  7. Charger ponsel. Sudah ada tuh charger tanpa kabel. Cukup colok charger itu ke listrik, letakkan perangkat di atasnya, baterai terisi.
  8. Kartu kredit. Menurut First Data, sebuah perusahaan pembayaran, semua isi dompet dapat dimasukkan ke dalam ponsel yang memiliki RFID (radio-frequency identification). Jadi, orang membayar cukup dengan mendekatkan ponsel ke dalam sebuah mesin pembayaran.
  9. TV plasma. Teknologi LCD yang ditambah dengan teknologi LED yang hemat energi membuat TV plasma harus siap-siap pensiun.
  10. Pembaca buku elektronik. Munculnya iPad, pembaca buku elektronik sekaligus perangkat berinternet, main game, dengar musik, menonton video, dan fungsi lain, membuat pembaca buku sederhana seperti milik Amazon akan punah.
  11. iPod. Wow! Perangkat populer dari Apple ini dikanibal oleh adiknya, iPad.

Internet Gak Bakal Macet, asalkan

Dalam 5 sampai tujuh tahun mendatang, koneksi internet dari Amerika Serikat ke Eropa bakal kehabisan kapasitas sehingga banyak pengguna Internet bakal terjebak kemacetan. Itu prediksi yang disebutkan pada saat webinar “State of the Internet” akhir Juli lalu. Padatnya jalur Internet disebabkan penggunaan situs web dan video secara luas di seluruh dunia. Saat ini, separuh lalu lintas di Internet merupakan lalu lintas untuk video.

Pada tahun 2015, lalu lintas di Internet akan butuh bandwidth 40 persen lebih besar ketimbang bandwidth yang ada sekarang. Pada tahun 2008, setiap detik sebesar 15.000 gigabita data mengalir di Internet. Tahun ini, lalu lintas data akan menembus angka 35.000 gigabita per detik.

Kabar baiknya, saat ini “kemacetan” itu belum terasa dan sebelum terasa, bakal ada perusahaan yang menggelontorkan dana untuk memasang kabel bawah laut demi menambah bandwidth. “Sebelum kita sampai di ‘hari kiamat’, kita akan punya kabel baru atau menemukan teknologi baru yang memaksimalkan kabel yang ada,” kata Tim Stronge, Wakil Presiden Peneliti dari TeleGeography Research, sebuah firma peneliti untuk industri komunikasi.

Penambahan kabel sedang dijalankan, tambah Stronge. Kabel yang menghubungkan Afrika dan Timur Tengah telah terinstal untuk memberikan koneksi Internet yang bisa diandalkan.

Tahun lalu, sebanyak 15 kabel telah dipasang dan digunakan untuk menyalurkan data lewat Internet. Pada tahun-tahun berikutnya, kabel dengan jumlah yang tak jauh berbeda akan juga dipasang. Jumlah penambahan itu meningkat dibandingkan jumlah penambahan pada pertengahan tahun 2000 yang jumlahnya sekitar setengah lusin.

Kabar baik lagi: pemasangan kabel yang 10 tahun lalu bisa memakan biaya miliaran dolar AS kini hanya sekitar 5 juta dolar AS. Tapi (selalu ada “tapi”-nya), Stronge agak khawatir tak ada perusahaan yang mau memasang kabel baru. “Harga bandwidth sangat murah sehingga jangan terlalu berharap bisa mengembalikan modal,” kata Stronge.

Meski demikian, beberapa perusahaan Internet besar, seperti Google, Verizon, AT&T siap untuk membantu. Perusahaan-perusahaan itu baru saja sepakat memperbarui kabel sepanjang Atlantik.

“Infrastruktur internasional harus jadi perhatian,” kata Stronge kepada Adam Hadhazy dari TechNewsDaily.

dari http://teknologi.blog.nationalgeographic.co.id/2010/08/16/internet-tak-bakal-macet-asalkan/

Teknologi Komputer yang Ramah Lingkungan dengan Kristal Organik















Kristal ini berwarna merah-oranye dan memungkinkan diciptakannya perangkat elektronik yang lebih ramah lingkungan.

Beberapa jenis komputer bisa menyimpan informasi dengan memakai logam yang bersifat ferroelektrik, atau maksudnya logam itu bisa menciptakan kutub positif dan negatif ketika di tempatkan pada medan listrik. Tapi, biasanya logam yang dipakai adalah jenis yang langka atau beracun.

Kini, Sachio Horiouchi dari Institut Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri Tingkat Lanjut di Ibaraki, Jepang, bersama kolega-koleganya telah menemukan sifat ferroelektrik pada bahan kristal asam croconic, yang hanya mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen.


Asam croconic ditemukan 170 tahun lalu, tapi baru dalam dekade terakhir ini bisa dikristalisasi. Ketika tim Horiuchi memberikan medan listrik pada kristal tersebut pada suhu ruangan, mereka bisa membalik kutub listriknya.

Akan tetapi para peneliti juga melihat bahwa masih ada keterlambatan antara waktu medan dihilangkan hingga polaritas kristal tersebut berbalik. Horiuchi mengatakan, ini biasa untuk ferroelektrik. Juga, ini adalah pertanda jelas akan adanya kemampuan untuk menyimpan dan mengubah polarisasi listrik. Temuan ini menyatakan bahwa asam croconic bisa berujung pada terciptanya alat-alat elektronik organik.

Marty Gregg dari Universitas Queen's, Belfast, UK, menyatakan, sebenarnya sudah ditemukan polimer organik lainnya yang juga memiliki sifat ferroelektrik, contohnya polyvinylidene fluoride (PVDF). 'Tapi adanya sistem ferroelektrik organik selain PVDF cukup keren, karena membuka kemungkinan-kemungkinan lebih untuk segala macam peralatan organik.'

Akan tetapi, ia juga mengingatkan bahwa hasil dari tim Horiuchi juga menunjukkan bahwa asam croconic mungkin terlalu lelet perubahan polaritasnya untuk digunakan sebagai RAM (Random Access Memory untuk komputer) yang bersifat ferroelektrik. 'Tapi aku kira hasil temuan ini tetap akan disambut hangat.'

dari www.kompas.com

Komputer

eyhey.. komputer itu rumit :D

-entri buat tugas tik